Tekanan dari PDI Perjuangan disinyalir jadi alasan Presiden Joko Widodo memanggil Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto, yang disebut-sebut berinisiatif mengajukan Proposal Perdamaian Ukraina-Rusia.
Dosen ilmu pemerintahan Universitas Sutomo, Efriza menilai, PDIP sebagai pengusung Jokowi di Pilpres 2019 menunjukkan sikap kritis kepada pemerintah, karena tidak mau terdampak secara elektoral.
"Tentu saja ini adalah tekanan yang dilakukan oleh PDIP. PDIP khawatir kegagalan Prabowo mengajukan gagasan dalam penyelesaian konflik Ukraina-Rusia, akan memperoleh respons negatif dari publik," ujar Efriza kepada Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (9/6).
Menurutnya, kegagalan Prabowo mendamaikan konflik Ukraina-Rusia juga menjadi momentum bagi PDIP meraup berkah elektoral jelang Pemilu 2024.
"Ketika Prabowo gagal dalam proposalnya, tentu PDIP kecewa, sehingga ketus menyatakan apakah ini keputusan negara atau sebaliknya," kata Efriza.
"Lalu menyatakan proposal Prabowo merusak citra Indonesia di Luar Negeri," sambungnya.
Oleh sebab itu, pengamat Politik Citra Institute ini mengamati, sikap PDIP kentara terburu-buru dalam merespon kegagalan Prabowo.
"Bahkan lebih galak daripada oposisi, sebab PDIP telah menyatakan dirinya sebagai mitra kritis pemerintah. Apalagi sebelumnya, Megawati selaku ketua umum PDIP sudah bicara keras terhadap kasus Perang Ukraina-Rusia," demikian Efriza menambahkan.