Isu penggunaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk membiayai makan siang gratis bukan satu-satunya yang dikhawatirkan para guru dari program andalan calon presiden Prabowo Subianto. Soal menu makanan yang akan disediakan juga mendapatkan sorotan dari para guru.
Ketua Dewan Pakar Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno Listyarti mengatakan setiap orang tua tahu betapa sulitnya memberikan makanan untuk anak-anaknya. Apabila menu yang disediakan tidak cocok, bisa jadi anak ogah-ogahan untuk makan.
"Kita semua yang punya anak tahu, apalagi seumur anak SD dan SMP, mereka kalau makan itu hanya orang tua yang tahu selera anaknya," kata Retno dikutip Selasa (5/3/2024).
Selain itu, Retno menuturkan alergi makanan yang dimiliki sejumlah anak juga harus dipertimbangkan. Menurut dia, ada saja anak yang mengidap alergi makanan seperti telur ataupun ikan.
"Misalnya makanan yang disediakan telur, tapi anaknya alergi telur, kan akhirnya tidak bisa dimakan dan mubazir," tutur dia.
Menurut dia, semua orang tua pasti tahu menentukan menu makanan yang disediakan di rumah itu tidak mudah. Dia membayangkan kesulitan itu juga akan dihadapi oleh pihak sekolah setiap hari. "Memikirkan menu dalam seminggu saja bingung, minggu depan menunya apalagi? Kan harus beragam," kata dia.
Retno berujar jangan sampai kebingungan itu membuat kinerja pihak sekolah menjadi terganggu. Selain itu, dia berharap jangan sampai pada akhirnya sekolah menyediakan menu yang itu lagi, itu lagi. "Ketika anggarannya minim, jangan-jangan sedikit-sedikit ya ayam, ya telur," kata dia.
Sebelumnya, pemerintah mulai membahas mengenai pelaksanaan program makan siang gratis pada 2025. Anggaran dipatok Rp 15.000 per anak per hari. Pembahasan ini dilakukan setelah pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka unggul di semua hasil hitung cepat lembaga survei. Pasangan nomor urut 2 ini memperoleh suara di atas 55% yang artinya besar kemungkinan mereka akan menang hanya dalam satu putaran.
Anggota Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran, Drajad Hari Wibowo mengatakan program ini akan dilakukan secara bertahap. Targetnya, program makan siang gratis baru akan mencapai skala 100% pada 2029.
Dia mengatakan pembahasan mengenai pelaksanaan makan siang gratis masih terus dilakukan. Mekanisme penyediaan hingga distribusi makanan ke setiap sekolah, kata Drajad, juga belum diputuskan. Namun, dia menilai program ini sebaiknya dieksekusi oleh pemerintah daerah. Untuk penentuan menu, kata dia, sebaiknya diserahkan kepada sekolah masing-masing.
"Saya pribadi lebih senang negara mengirimkan dana, entah ke pemerintah kabupaten atau pemerintah kota. Nanti mereka yang akan mengatur dengan sekolah, sekolahnya yang mengatur menu, tapi nanti ada standarisasi menu," tutur dia.