Pengamat politik Rocky Gerung mengomentari pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menyinggung soal politik identitas.
Terkait hal tersebut, Rocky meragukan Jokowi memahami soal politik identitas. Jokowi dinilai hanya mengetahui bahwa politik identitas hanya terkait dengan Islam.
“Pak Jokowi denger doang politik identitas. Di dalam kepalanya, Islam. Selesai. Karena nggak paham itu,” ujar Rocky, dikutip NewsWorthy dari kanal YouTube Indonesia Lawyers Club pada Senin (26/12).
Ia tak menyalahkan presiden seandainya presiden tak mengetahui benar apa itu politik identitas. Ia justru menyalahkan orang-orang di sekitar presiden.
“Yang salah bukan Pak Jokowi, lingkungannya yang brief dengan cara yang buruk. Itu akibatnya kalau bergaul dengan orang dungu,” ujar Rocky.
Dosen filsafat itu menjelaskan bahwa dalam politik, identitas timbul karena direkognisi dan identitas bukan lah sesuatu yang bersifat final.
“Sesuatu disebut sebagai identitas karena direkognisi. Dalam politik, identitas itu timbul karena direkognisi. Supaya kita selamat dari kedunguan yang menganggap identitas itu final,” jelas Rocky.
Seseorang bisa dikenali identitasnya ketika orang tersebut sudah meninggal dunia. “Identitas itu ada kalau orangnya final. Artinya udah mati dia. Baru kita tau identitasnya,” sambungnya.
Untuk diketahui, dalam acara konsolidasi Bawaslu pada Sabtu (17/12), Presiden Jokowi mengingatkan semua pihak agar tidak memberikan ruang pada politik identitas, politisasi agama, politik SARA, dan sebagainya.
Jokowi mengingatkan bahayanya politik identitas karena bisa menjadi peluang bagi pihak lain untuk memecah belah keutuhan negara dan bangsa.