Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Demokrat-Nasdem Berpeluang Rebut Kursi PPP di Sulsel, Syaratnya Harus Begini

 

Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ngos-ngosan tembus parliamentary treshold (PT) 4 persen. Data real count KPU masih 3,97 persen.

Pada aplikasi Sistem Informasi Rekapituasi (Sirekap) KPU, progres perhitungan DPR RI sudah 65,68 persen. Ini ancaman besar bagi partai berlambang ka'bah ini.

Kondisi ini juga pernah dialami PPP pada Pileg 2019, walaupun akhirnya dapat lolos. Namun membuat PPP nyaris tak lolos karena hanya mengamankan 19 kursi.

Jika PPP tak tembus ambang batas parlemen, maka kerugian besar bagi dua caleg peraih suara terbanyak. Di daerah pemilihan (dapil) Sulsel 1, caleg PPP paraih suara tertinggi adalah Amir Uskara. Wakil Ketua DPP PPP ini sudah meraih 58.042 suara.

Sementara di dapil Sulsel II, caleg PPP peraih suara tertinggi adalah Muhammad Aras. Dia meraih 71.634 suara. Jika tak lolos ambang batas parlemen, maka PPP harus merelakan kursi direbut partai lain.Untuk dapil Sulsel I, terjadi perebutan kursi terakhir.

Dapil ini memiliki jatah 8 kursi DPR RI. Demokrat dan Nasdem bersaing berebut kursi terakhir tersebut.
Untuk Demokrat, peraih suara tertinggi adalah Aliyah Mustika Ilham (20.826 suara). Sementara Nasdem sudah meraih satu kursi, namun berpeluang mendapatkan kursi kedelapan. Caleg peraih suara tertinggi kedua Nasdem adalah Rudianto Lallo (46.848 suara).

Analis politik Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar Andi Luhur Prianto, menilai bahwa sejak awal hampir semua potret survei memprediksi trend pelemahan dukungan pada PPP di Pemilu 2024. Hal ini kata dia tak lepas dari beberapa masalah di internal PPP.

Masalah utamanya adalah kegagalan merespons tension perubahan dan kesinambungan. PPP tidak banyak berubah bahkan cenderung semakin melemah karena intrik internal.

"Sementara lingkungan politik berubah cepat dan semakin kompetitif," ujar Luhur.

Kemudian, pasca Munas dan Munaslub, PPP belum reborn dan bahkan semakin kehilangan basis-basis tradisionalnya. PPP juga seperti terjebak romantisme masa lalu, sebagai satu-satunya kanal aspirasi politik umat Islam, seperti di era orde baru.

Padahal sudah terjadi pergeseran perilaku pemilih, terutama sejak dominasi kekuatan nasionalis dan fragmentasi kekuatan Islam politik pada pemilu pasca reformasi. PPP juga tidak mendapat efek ekor jas dukungannya di Pilpres 2024.

"Secara dukungan pilpres, PPP bukan partai penentu dan hanya menjadi pelengkap formasi pasangan Ganjar-Mahfud," ujar Luhur.

Sehingga, praktis harapan PPP untuk bertahan di senayan hanya pada kemampuan bertarung figur-figur calegnya, pada mekanisme popular vote yang berbiaya mahal.

Namun, sayangnya kata Luhur, kekuatan figur-figur vote getter tidak merata di semua dapil. Aransemen Bappilu di bawah kendali Sandiga Uno juga tidak menjadi game changer.

Dekan Fisip Unhas, Prof Sukri Tamma menilai bahwa kesulitan yang dihadapi PPP dibeberapa pemilu ini kemungkinannya karena beberapa hal. Pertama, PPP belum berhasil memaksimalkan dukungan pemilih. Artinya belum berhasil menarik pemilih untuk memilih mereka.

"Jika terkait menarik pemilih maka itu terkait dengan apakah mereka sebagai partai bekerja atau tidak," katanya.

Akan dilihat bahwa apakah PPP ini kemudian selama ini punya track record sebagai partai yang betul-betul menunjukkan keberpihakan ke rakyat. Khususnya kerja-kerja riil kepada rakyat.

Kedua, dalam konteks bahwa apakah kandidat yang diusung itu memang belum punya daya saing yang baik.

"Karena semua partai tentu berebut untuk menunjukkan yang terbaik. Maka ketika di dapil-dapil tersebut suara PPP tidak memenuhi ekspektasi dan partai lain bisa memenuhi maka itu artinya ada aspek yang diusung itu tidak menarik perhatian dan kalah bersaing dengan yang lain," terang Sukri.

Ketiga, bisa jadi karena strategi memenangkan. Sebab PPP adalah partai lama, sehingga bisa jadi kandidatnya itu adalah orang-orang yang sudah lama di partai dan berpengalaman. Sehingga tidak masalah dari popularitas. Namun, strateginya tak mampu menjual sumber daya dan kelebihan yang dimiliki.

Inial yang mungkin masih bermasalah hingga sekarang sehingga PPP belum aman. Karena trend-nya kadang naik, kadang turun dalam real count KPU yang belum final.

"Tapi sekali lagi kita menunggu melihat hasil akhir dari ini nantinya. Tapi saya kira itu sehingga PPP seperti ngos-ngosan setiap pemilu," katanya.

Sumber Berita / Artikel Asli : fajar

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Ads Bottom

Copyright © 2023 - GentaPos.com | All Right Reserved