Pertemuan bilateral digelar antara Atase Perdagangan KBRI Kairo dengan pejabat dari Kantor Dagang Kedutaan Besar Malaysia di Mesir pada Minggu (10/3).
Hadir dalam pertemuan tersebut, Atase Perdagangan KBRI Kairo M. Syahran Bhakti S, Koordinator Fungsi Ekonomi KBRI Kairo Tennike, Trade Commissioner of Malaysia Raphy Md Radzi, dan Senior Marketing Manager Kantor Perdagangan Kedubes Malaysia di KBRI Kairo Ghada Fayek.
Dalam sebuah keterangan yang diterima redaksi pada Selasa (13/2), pertemuan para pejabat perdagangan itu membahas sejumlah topik, salah satunya yakni upaya bersama menjajaki perjanjian perdagangan bebas ASEAN Mesir atau ASEAN-Egypt Free Trade Agreement (AEFTA).
Atase perdagangan RI menekankan pentingnya peningkatan kerja sama dengan Mesir di bidang perdagangan dan investasi, karena negara itu sudah lama menjadi mitra bisnis ASEAN.
"Mesir sebagai mitra bisnis strategis dan saudara tua bagi Indonesia dan Malaysia, produk-produk Indonesia dan juga Malaysia sebagai produk penunjang industri bagi Mesir dan bukan sebagai produk pesaing," ungkap Syahran.
Koordinator Fungsi Ekonomi KBRI Kairo mengurai, Tennike menjelaskan bagaimana Indonesia melebarkan sayap investasi di Mesir dengan hadirnya pabrik mie instan Indomie dengan nama Salim Wazaran Abu Alata.
Menurutnya, peluang perluasan kerjasama dengan Mesir bisa dimanfaatkan ASEAN untuk mendapatkan akses ke pasar Eropa dan Afrika.
"Indonesia akan menggelar Indonesia-Africa Forum yang akan diselenggarakan pada Agustus 2024, diharapkan dapat
memberikan hasil konkret bagi peningkatan hubungan ekonomi-perdagangan Indonesia dengan negara-negara Afrika termasuk Mesir," papar Tennike.
Sementara itu, Trade Commisioner Malaysia, Raphy Md Radzi mengatakan dengan dibukanya Kantor Perdagangan Malaysia di Kairo memberikan peluang bagi masuknya produk Malaysia ke pasar Afrika.
Dia menyambut baik rencana Indonesiadan Malaysia untuk menjajaki perjanjian perdagangan bebas melalui AEFTA.
"Menyambut baik bila Indonesia-Malaysia menjajaki pembicaraan awal upaya kerjasama perdagangan dan industri antara ASEAN dengan Mesir dalam kerangka perjanjian perdagangan bebas (AEFTA) dalam sidang ASEAN Committee in Cairo (ACC) mendatang," kata Raphy.
Berdasarkan data BPS, total perdagangan Indonesia-Mesir pada periode Desember 2023 tercatat sebesar 1,513 miliar dolar AS turun 3,04 persen dibanding dengan periode yang sama tahun 2022 yang tercatat sebesar 1,561 miliar dolar AS.
Ekspor Indonesia ke Mesir tercatat sebesar 1,312 miliar dolar AS turun sebanyak 1,71 persen dari periode yang sama tahun 2022 yang tercatat sebesar 1,335 miliar dolar AS.
Sementara impor Indonesia dari Mesir sebesar 201,4 juta dolar AS turun USD 10,9 persen dibanding periode yang sama tahun 2022 yang tercatat sebesar 226 juta dolar AS.
Dengan demikian, surplus untuk Indonesia dalam neraca perdagangan dengan Mesir pada Desember 2023 sebesar 1,111 miliar dolara AS.
Untuk negara-negara ASEAN, Indonesia menempati urutan pertama pangsa pasar di Mesir.
Menurut data Biro Statistik (Capmas) Mesir, pada periode Januari-November 2023 pangsa pasar produk Indonesia 2 persen; Thailand 0,99 persen; Malaysia 0,96 persen; Vietnam 0,74 persen; Singapura 0,58 persen; dan Philipina 0,03 persen.