Masih ingat kasus korupsi di Kemenaker pada 2011 atau ngetop dengan nama kasus kardus durian. Karena, KPK temukan duit korupsi Rp1,5 miliar dalam kardus durian. Kasus ini menyeret Ketum PKB, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin.
Setelah 12 tahun berselang, Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI) melayangkan kembali menghidupkan kasus ini. Lemabaga yang diketuai Boyamin Saiman ini mengajukan gugatan praperadilan terhadap KPK ke Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan (Jaksel).
Pengamat Hukum dari Universitas Trisakti, Abdul Fickar menyebut bahwa setiap kasus yang terindikasi korupsi di dalamnya, tentu harus diproses sebelum memasuki masa kadaluarsa. “Setiap indikasi korupsi harus diproses hukum termasuk kasus kardus durian. KPK atau kejaksaan harus melengkapi bukti-buktinya terhadap siapapun sangkaan korupsi itu ditujukan,” terang Fickar kepada inilah.com saat dihubungi Sabtu (8/4/2023).
“Termasuk terhadap Ketum PKB (Cak Imin) dalam kasus kardus durian, sebaiknya segera diproses. Agar tidak kadaluarsa,” tegasnya. Oleh karena itu, tentu saja KPK harus mendorong penuntasan kasus ini. “Ya betul,” pungkas Fickar.
Sebelumnya, MAKI telah melayangkan gugatan praperadilan terhadap KPK terkait kasus ini ke PN Jaksel. Sebab, kasus ini dinilai belum selesai, mengingat Cak Imin masih melenggang bebas.
Padahal namanya tercantum pada surat dakwaan mantan anak buahnya, yakni Sekretaris Direktorat Jenderal Pembinaan Pengembangan Kawasan Transmigrasi (Ditjen P2KT) I Nyoman Suisnaya, serta Kepala Bagian Perencanaan dan Evaluasi Program Kemenakertrans Dadong Irbarelawan.
Skandal “kardus durian” sedianya merupakan kasus korupsi terkait proyek Program Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah Transmigrasi (PPIDT) di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) yang melibatkan PT Alam Jaya Papua sebagai pihak swasta.
Saat itu, tahun 2011, Cak Imin masih menjabat sebagai Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans). Kedua anak buahnya, Nyoman dan Dadong, terjaring operasi tangkap tangan (OTT) KPK pada 25 Agustus 2011 silam, lima hari jelang Idul Fitri 1432 Hijriah.
